Mengenal Literasi Digital Dan 2 Tantangan jadi Penulis Daring

Literasi digital bagaikan kebutuhan utama saat ini. Media sosial dan internet sasaran utama pencarian informasi yang paling bisa diandalkan. Ingin melihat berita terbaru? Butuh website berita online, ingin baca buku sekarang carinya mudah sekali di aplikasi perpustakaan online. Tinggal pinjam, baca dan otomatis bisa dikembalikan. Mau belanja kebutuhan sehari-hari saja juga percaya dengan informasi yang ada di aplikasi belanja online.

literasi digital
Nulis dimana-mana, baca dimana-mana. Udah kek anak milenial?

Belum lagi buka Instagram udah bagaikan makan pagi, siang, malam. Lalu timbul pertanyaan, di banyaknya literasi digital yang bisa digunakan oleh siapapun dari beragam perbedaan pola pikir mampukan kita menjadi pengguna media digital yang bijak? Tertarik sekali aku dan kamu mengenal literasi digital dan 2 tantangan jadi penulis daring.

Jadi penulis daring? Ya, penulis daring yang kalau aku tulis online, maka kamu akan liat tulisan ini miring mulu. Capek aku tu LOL !!! Eh, aku baru tau bahwa nyatanya sebagai penulis yang berkarya pada media-media digital, kita juga menjadi pelaku dalam perkembangan literasi media.

Mengenal Literasi Digital

Jujur aku baru belajar memahami seberapa paham aku mengenal apa itu literasi digital. Senang berbagi cerita di blog kesayangan ini dan berbagi cerita lewat caption-caption Instagram atau cuap-cuap bagaikan burung di Twitter. Apa sih yang harus kita perhatikan dalam mengolah informasi yang kita temukan dan menyajikan kembali di media digital pribadi. Kita kenali dulu ya, apa itu literasi digital?

Dikutip dari Wikipedia, Literasi digital adalah pengetahuan dan kecakapan untuk menggunakan media digital, alat-alat komunikasi, atau jaringan dalam menemukan, mengevaluasi, menggunakan, membuat informasi, dan memanfaatkannya secara sehat, bijak, cerdas, cermat, tepat, dan patuh hukum dalam rangka membina komunikasi dan interaksi dalam kehidupan sehari-hari.

Lengkap atau rumit jika ingin kamu tafsirkan?

Apapun jawabannya harus ditafsirkan dengan rinci. Kenapa? Karena jika aku bilang kita adalah pelaku, kita tidak sendirian ya. Ada aku yang akan menjadi pelaku dalam penyebaran informasi dan kamu yang akan melanjutkan informasi ke media yang kamu punya dan begitu seterusnya. Jika ada yang salah dalam penyampaian informasi, akan banyak kesalahan yang berkelanjutan dan tak mudah untuk dihentikan. Kamu pasti familiar dengan kata-kata, jejak digital itu sangat jahat? Ya, begitulah adanya.

Oh iya, literasi digital juga bisa diartikan sebagai kemampuan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengkomunikasikan konten/informasi dengan kecakapan kognitif dan teknikal. Kecakapan kognitif disini adalah daya fikir yang kamu punya dalam menilai konten, sedangkan teknikal cara apa yang kamu gunakan untuk bisa memahami lalu mengkomunikasikan kembali konten/informasi yang kamu terima. Meskipun demikian, secara umum digital literasi lebih cenderung pada hal-hal yang terkait dengan keterampilan teknis yang kemudian berfokus pada aspek kognitif, sosial dan emosional dalam dunia dan lingkungan digital.

Selain aspek kognitif ada beberapa hal yang ikut membantu berkembangnya literasi digital. Untuk lebih mudahnya aku akan mengambil contoh pada media blog atau Instagram. Sudah bukan hal yang aneh lagi kan jika kamu sering sekali melihat serangan komentar yang disebut netijen? Kenapa ada serangan, captionnya mengundang hujatan misalnya. Wajar dong ya? Bagaimana dengan caption yang biasa saja namun masih ada komentar negatif? Disinilah kesabaran penulis dan kecakapan si pencari informasi diuji.

Kultural dalam esensi mengembangkan literasi digital

Pemahaman ragam dari si pencari informasi atau yang bisa kita sebut dengan pengguna dunia digital, masuk kedalam poin pertama dalam berkembangnya literasi digital. Ya, kultural. Kita tak bisa hindarkan jika kita dikelilingi oleh orang-orang beda acara pandang, beda kebiasaan, beda cara penyampaian.

Konstruktif dalam esensi mengembangkan literasi digital

Hal yang juga mempengaruhi adalah konstruktif. Reka cipta karya yang aktual. Jika yang sedang kamu infokan tidak mengada-ada, kamu ga akan nemuin yang namanya netijen. Percaya deh !!!

Komunikatif dan Kepercayaan Diri yang Bertanggung Jawab dalam esensi mengembangkan literasi digital

Si netijen cuma butuh jawaban gaes. Kamu tau? Jika kamu menyampaikan sesuatu cerita, tak ada feedback dari kamu? Heemm percayalah, mereka akan mengarang cerita sendiri dari dugaan-dugaan. Jika ini caption Instagram, biasakanlah ngobrol dari komentar ke komentar ya. Jika komentar blog, maka itu lebih bagus lagi. Informasi yang baik tentu yang bisa kita sampaikan dengan informasi tambahan dan berkelanjutan.

Kreatif dalam esensi mengembangkan literasi digital

Jika ya, masih ada netijen maha dewa di media digital kamu, carilah berbagai cara untuk menghadapi mereka dengan lebih cerdas. Apapun caranya yang tujuannya tentu sama, membuat mereka menerima penjelasan kita untuk lebih baik lagi. Karena jika kita masih bersikukuh bahwa konten kita yang benar, semuanya hanya akan berujung pada pencarian benar dan salah. Selanjutnya kamu akan dihadapkan dengan drama kamu kuat dengan berapa pendukung? Atau si netijen bawa temen se-erte buat ramein kamu. Siap-siap ya !!!

Justru Ini Tantangan Penulis Daring dalam Perkembangan Literasi Digital

Pertama, sekreatif apa kamu bisa meng-create kembali beragam informasi dari ide-ide yang menarik dan tak bosan jelajah dari satu media ke media lain untuk tulisan yang nyaris sempurna? Tak bisa dipungkiri antar media yang ada dalam perkembangan literasi digital semua informasi akan berhubungan.

Kedua, tantangannya adalah bagaiman kamu menyimpan informasi dan akhirnya berhasil menciptakan informasi baru lalu kamu mampu mempertanggung jawabkan dalam jangka panjang agar siapapun yang akan kembali pada informasi kamu tak akan kecewa. Ini bisa kita akali dengan selalu update lagi jika ada informasi baru terkait konten. Jika kamu menuliskan tentang sebuah perjalanan ke satu destinasi wisata, kamu bisa membuat part baru jika ada inovasi baru dilokasi tersebut tanpa menghilangkan informasi sebelumnya.

Catatan : Mari ngobrol lebih lanjut untuk topik yang menarik ini lewat komentar di bawah ini ya. Tulisan ini aku ikutkan dalam Lomba Blog bertema Literasi Digital yang diselenggarakan Klub Blogger dan Buku Backpacker Jakarta dalam rangka ulang tahun yang ke 4 tahun. Semoga jaya dan bermanfaat selalu untuk perkembangan dunia literasi. Amiin

Aminnkan bersama ya 🙂

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!